Minggu, 27 April 2014

keterampilan mengelola kelas



KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
A.  Pengertian mengelola kelas.
Pengelolaan kelas terdiri dari dua kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Pengelolaan berasal dari kata “kelola” yang ditambah awalan “pe” dan akhiran “an”.
Pengelolaan dalam pengertian umum adalah pengadministrasian pengaturan atau penetaan suatu kegiatan.
Menurut Abu Ahmadi, pengelolaan dalam proses belajar mengajar ada beberapa tahap diantaranya :
·         Perencanaan
·         Pengorganisasian
·         Pengarahan
·         Pengawasan.[1]
kelas adalah suatu kelompok otang yang melakukan kegiatan belajar bersama yang mendapat pengajaran dari guru.[2]
Menurut Jhon I . Bolla  yang dikutip Didi Supriadi pengelolaan Kelas ialah  keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan keterampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal, apabila terdapat agangguan dalam proses belajar baik yang bersifat gangguan kecil dan sementara maupun yang bersifat gangguan yang berkelanjutan.[3]
Kemudian menurut Arikunto yang dikutip oleh iskandar menyatakan bahwa pengelolaan kelas ialah suatu uisaha yang dilakukan oleh penanggung jawab dalam suatu kegiatan pembelajaran.[4]
Sedangkan menurut Uzer Usmanyang dikutip oleh E. Mulyasa pengelolaan kelas adalah keterampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan mengembalikannya jika terjadi gangguan dalam proses pembelajaran, seperti penghentian prilaku siswa dalam memindahkan perhatian kelas,  memberikan ganjaran bagi siswa yang  tidak tepat  waktu dalam menyelesaikan tugas.[5]
pengelolaan kelas ini terbagi menjadi dua, yaitu bersifat fisik, dan bersifat non Fisik. Pengelolaan kelas yang bersifat Fisik adalaah mencakup pengaturan atau penataan ruang kelas, parabot kelas , dan pengaturan siswa-siswi. Sedangkan pengelolaan kelas yang bersifat nonfisik berkenaan dengan masalah interaksi antara guru dengan siswa-siswi,  serta ketertiban kelas menjelang, selama, dan akan berakhirnya kegiatan pembelajaran.[6]
Weber mengemukakan tiga pengertian lain dari pengelolaan kelas. Ketiga pengertian tersebut adalah berikut ini :
Pertama, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk mendorong munculnya tingkah laku siswa yang diharapkan dan menghilangkan tingkah laku yang tidak diharapkan.
Kedua, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan guru untuk mengembangkan hubungan interpersonal yang baik dan iklim sosio-emosional kelas positif.
Ketiga, pengelolaan kelas adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan dan memelihara organisasi yang efektif.[7]
jadi menurut Penulis keterampilan memgelola kelas ialah   suatu kegiatanyang telah di rencanakan dan dengan sengaja yang dilakukan oleh guru untuk menciptakan dan mempertahankan kondisi yang optimal shingga diharapkan proses  belajar mengajar dapat berjalan secara Efektif dan Efesien, sehingga tercapai tujuan pembelajaran.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan didalam pengelolaan kelas, antara lain sebagai berikut:
Kelas harus dirancang dan dikelola dengan sukses agar member hasil maksimal. Pendekatan pengelolaan kelas tergantung pada kemampuan, pengetahuan, sikap guru proses pembelajaran, dan hubungan siswa yang mereka ciptakan. Untuk itu seorang guru terlebih dahulu harus mengetahui jenis-jenis  kelas, yaitu :
1.  Jenis kelas yang selalu gaduh.
2.  Jenis kelas yang termasuk gaduh tapi suasananya positif.
3.  Jenis kelas tenang dan disiplin.[8]
Ada beberapa  jenis prilaku yang dapat mengganggu iklim belajar mengajar,  antara lain senagai berikut :
a.  Tidak adanya perhatian.
Prilaku yang ditunjukkan oleh siswa tersebut bersumber dari kurangnya perhatian dan motivasi belajar siswa, yang dapat didorong oleh :
Ø  Siswa menganggap tidak penting terhadap materi pelajaran yang akan dibahas.
Ø  Siswa telah merasa telah memiliki kemampuan dan pemahaman akan materi pelajaran yang aka dibahas.
Ø  Siswa merasa bosan atau tidak sesuai dengan pola mengajar  yang diterapkan guru.
Ø  Siswa memandang guru kurang menguasai materi atau bahan.

b.  Prilaku mengganggu.
Prilaku mengganggu ini dapat muncul dari beberaapa faktor, anatara lain :
Ø  Kondisi fsikologis siswa, misalnya siswa ingin diperhatikan atau MPO ( mencari perhatian Orang)
Ø  Siswa pernah mengalami prilaku yang tidak mengenakan dari guru, sehingga secara tidak sadar ia memiliki perasaan balas dendam.[9]
Zainal Asril mengatakan bahwa “Suatu kondisi belajar  yang optimal akan dapat tercapai jika guru mampu mengatur siswa dan saran pembelajaran serta mengendalikannya dalam suasana yang sangat menyenangkan , untuk mencapai tujuan pembelajaran.”[10]

B.  Komponen pengelolaan kelas.
Keterampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut :
1.  Penciptaan dan pemeliharaan kondisi iklim pembelajaran yang optimal.
a.   Menunjukkan sikap tanggap, dengan cara memandang, mendekati,dan memberi reaksi terhadap gangguan kelas.
b.   Menberi perhatian secara visual dan verbal.
c.   Memusatkan perhatian keompok dengan cara menyiapkan peserta didik dalam pembelajaran.
d.   Memberi petunjuk yan jelas.
e.   Memberi penguatan ketika diperlukan.
2.  Keterampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal.
a.  Memodifikasi prilaku.
Ø Mengajarkan prilaku baru dengan contoh dan pembiasaan.
Ø Meningkatkan prilaku yang baik melalui penguatan.
Ø Mengurangi prilaku buruk dengan hukuman.
b.  Pengelolaan kelompok dengan cara :
Ø Peningkatan kerjasama dan keterlibatan.
Ø Menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
c.  Menemukan dan menangani prilaku yang menimbulkan masalah.
Ø Mengekang secara fisik.
Ø Mengawasi secara ketat.
Ø Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya.
Ø Menjauhkan benda-benda yang dapat mengganggu konsentrasi.
Ø Menghilangakan ketegangan dengan humor.
Ø Menyusun kembali program belajar.[11]


C.  Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam pengelolaan kelas.
Adapun aspek–aspek yang dilakukan oleh guru dalam pengelolaan kelas, meliputi :[12]
1.  Menciptakan ruangan kelas yang multidimensional, dan juga buatlah rancangan proses pembelajaran yang menggambarkan keragaman kemampuan belajar tersebut.
2.  Kelompokkan siswa berdasarkan basis kemampuannya.
3.  Persiapkan strategi pembelajaran untuk kelmpok lamban dengan strategi yang tidak hanya mengantar mereka untuk memahami tugas-tugasnya, tetapi juga mampu meningkatkan kemampuan belajar mereka.
4.  Gunakan strategi belajar bersama untuk menambah kemampuan dan pengalaman mereka masing-masing.
5.  Penataan sarana dan prasarana ruangan harus sesuai dengan kegiatan yang dilakukan.[13]
6.  Pengelomokkan meja dan kursi disesuaikan dengan kebutuhan.
7.  Dinding kelas dapat digunakan untuk menempelkan sarana yang digunakan sebagai sumber belajar dan hasil kegiatan belajar.

D.  Tujuan pengelolaan kelas
Tujuan pengelolaan kelas dapat dipandang dari dua sisi. Dipandang dari sisi siswa-siswi, tujuan pengelolaan kelas adalah :
a.   Mendorong siswa-siswi mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkah lakunya, serta sadar untuk mengendalikan dirinya.
b.   Membantu siswa-siswi mengerti akan tingkah laku yang sesuai dengan tata tertib kelas dan melihat atau merasakanteguran guru sebagai suatu peringatan dan  bukan kemarahan.
c.   Menimbulkan rasa berkewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkah laku yang wajar sesuai dengan aktivitas-aktivitas kelas.
Sedangkan dari sisi guru tujuan pengelolaan kelas adalah:
a.   Mengembangkan pengertian dan keterampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pengajaran secara tepat dan baik.
b.   Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa-siswi serta mengembangkan kebutuhannya didalam memberikan pengarahan yang jelas.
c.   Memberi respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa siswi yang menimbulkan gangguan-gangguan kecil serta memahami dan menguasai seperangkat kemungkinan strategi yang dapat digunakan dalam hubungan dengan masalah tingkah laku yang berlebih-lebihan atau terus menerus melawan kelas.[14]



E.  Pendekatan dalam pengelolaan kelas
Masalah pokok yang dihadapi oleh seorang guru, baik pemula maupun yang sudah berpengalaman adalah pengelolaan kelas. Pengelolaan kelas merupakan masalah yang kompleks.
Keberhasilan suatu proses pembelanjaran di kelas sangat tergantung pada bagaimana guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang kondusif. Untuk mempertahankan kondisi kelas yang kondusif menurut Bahri Zain, 2006. Diperlukan berbagai pendekatan, yaitu sebagai berikut :
1.  Pendekatan kekuasaan (otoriter).
Peranan guru disini menciptakan dan mempertahankan situasi disiplin kelas.
2.  Pendekatan ancaman (intimidasi).
Dalam pelaksanaannya  dilakukan dengan ancaman, misalnya melarang,menyindir, dan memaksa.
3.  Pendekatan kebebasan (permisif).
Peranan guru adalah mengusahakan semaksimal mungkin kebebasan siswa-siswi.
4.  Pendekatan buku resep (cook book).
Peranan guru hanyalah mengikuti petunjuk sesuai yang tertulis diresep.
5.  Pendekatan pengajaran (instruksional)
Peranan guru ialah merencanakan dan mengimplementasikan pelajaran dengan baik.
6.  Pendekatan pengubahan tingkah laku.
Peranan guru ialah mengembangkan tingkah laku yang baik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik.
7.  Pendekatan sosioemosional.
Disini guru adalah kunci terhadap pembentukan hubungan pribadi dan peranan adalah menciptakan hubungan pribadi yang sehat.
8.  Pendekatan proses kelompok.
Peranan guru ialah mengusahakn agar pengembangan dan pelaksanaan proses kelompok itu efektif.
9.  Pendekatan electis atau pluralistik.
Disini guru bebas memilih berbagai pendekatan berdasarkan situasi yang dihadapinya.[15]

F.  Prinsip Pengelolaan Kelas
Ada beberapa prinsip-prinsip yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan kelas yaitu :[16]
1.  Keluwesan
Guru harus luwes dalam merubah strategi mengajarnya sehingga dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan-gangguan siswa serta mampu menciptakan iklim belajar mengajar yang efektif.
2.  Kehangatan dan Keantusiasan
Kehangatan dan Keantusiasan seorang guru dalam mengajar dapat mengubah terciptanya iklim kelas yang menyenangkan.
3.  Bervariasi
Menggunakan variasi dalam proses belajar mengajar.
4.  Tantangan
Menggunakan kata-kata, tindakan atau bahan yang menantang.
5.  Penanaman Disiplin
Mendorong peserta didik agar memiliki disiplin diri.
6.  Penekanan Hal-Hal yang Positif.
Yaitu pemikiran hal-hal yang positif dan menghindari konsentrasi pada hal-hal negatif.

G.  Usaha Perventif Masalah Pengelolaan Kelas
Tindakan mengelola kelas adalah tindakan yang dilakukan oleh seorang guru dalam rangka penyediaan kondisi yang optimal agar proses belajar mengajar berlangsung efektif. Tindakan guru-guru tersebut dapat berupa pencegahan yaitu dengan jalan menyediakan kondisi baik fisik maupun kondisi sosial emosional sehingga terasa benar oleh peserta didik rasa kenyamanan dan keamanan untuk belajar.
o    Kondisi dan Situasi Belajar Mengajar
1)   Kondisi Fisik
Lingkungan fisik tempat belajar mempunyai pengaruh penting terhadap hasil perbuatan belajar. Lingkungan fisik menguntungkan dan memenuhi syarat minimal mendukung meningkatnya intensitas proses perbuatan belajar peserta didik dan mempunyai pengaruh positif terhadp pencapaian tujuan pengajaran, lingkunga fisik tersebut adalah :
a. Ruang tempat berlangsungnya proses belajar mengajar
b. Pengaturan tempat duduk.
c.  Ventilasi dan pengaturan cahaya
d.  Pengaturan penyimpanan barang-barang
Ruang kelas diatur sedemikian rupa, baik tempat duduk siswa, posisi guru ditata sedemikian rupa sehingga menunjang kegiatan pembelajaran efektif yang memungkinkan munculnya kondisi belajar yang eksebilitas, mobilitas, interaktif dan variasi kerjasama.
o    Kondisi Sosial Emosional
Suasana sosial emosional dalam kelas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap proses belajar mengajar.
a.   Tipe kepemimpinan
b.   Sikap guru
c.   Suara guru
d.   Pembinaan raport
o    Kondisi Organisasional
Kegiatan organisasional dapat berupa
o    Penggantian pelajaran atau kuliah.[17]

H.  Masalah Pengelolaan Kelas
Masalah dalam mengelola kelas dapat di kelompokkan menjadi dua kategori yaitu sebagai berikut :[18]
1.  Masalah individual
Rudolf Dreikurs dan Pearl Lasser mengemukakan empat kategori masalah individu.
1)  Ingin mendapatkan perhatian orang lain
2)  Ingin menunjukkan perhatian
3)  Menyakiti orang lain
4)  Peragaan ketidakmampuan
2.  Masalah kelompok
Lois V. Jhonson dan Mary A. Bany mengemukakan enam kategori masalah kelompok dalam mengelola kelas. Adapun masalah-masalah yang dimaksud adalah :
1)  Kelas kurang kohesif
2)  Membesarkan hati anggota kelas yang justru melanggar norma kelompok
3)  Kelompok cenderung mudah dialihkan perhatiannya dari tugas yang tengah digarap
4)  Semangat kerja rendah Kelas kurang mampu menyelesaikan diri dengan keadaan yang baru

I.  Hambatan Dalam Pengelolaan Kelas
Ada beberpa faktor yang dapat menghambat dalam pengelolaan kelas, yaitu :[19]
1.  Faktor Guru
Guru juga bisa merupakan faktor penghambat dalam melaksanakan penciptaan suasana yang dinamis dalam proses belajar mengajar. Berikut ini beberapa hal yang merupakan faktor dalam pengelolaan kelas yang bersumber dari guru itu sendiri, yaitu :
1)  Tipe kepemimpinan guru.
2)  Format belajar mengajar yang monoton
3)  Kepribadian guru.
4)  Pengetahuan guru.
5)  Pemahaman guru terhadap peserta didik.
2.  Faktor Peserta Didik.
Beberapa hal yang merupakan faktor penghambat dari peserta didik yaitu :
1)  Tidak menghormati peserta didik lain
2)  Kekurangsadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya.

3.  Faktor Keluarga
Faktor penghambat dari keluarga yaitu :
1)  Keluarga yang tidak utuh atau broken home.
2)  Kebiasaan kurang baik di lingkungan keluarga
4.  Faktor Fasilitas.
Faktor fasilitas merupakan penghambat dalam pengelolaan kelas, faktor tersebut meliputi :
1)  Jumlah peserta didik dalam kelas.
2)  Besar ruang kelas.
3)  Ketersediaan alat.

J.  Pengendalian iklim belajar.
Dalam proses belajar mengajar, sering terjadi gangguan yang berkelanjutan. Apabila guru sudah merasa sulit untuk mengendalikan iklim belajar mengajar yang baik, maka guru dapat bekerja sama dengan guru konselor atau mungkin dengan kepala sekolah.
Sebelum penanganan dilakukan, guru dapat melakukan hal-hal sebagai berikut :
a.  Guru perlu menganalasis mengapa terjadi penyimpangan-penyimpangan tingkah laku siswa.
b.  Menggunakan pendekatan pemecahan masalah melelui pendekatan kelompok. Dengan maksud agar setiap individu dapat bekerja sama.[20]














DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi. 1997. Strategi Belajar Mengajar. Bandung :          Pustaka Setia

Ahmad Rohani. 2004. Pengelolaan pengajaran edis revisi.    Jakarta:PT Remaja Rineka Cipta

Didi supriadi. 2012. Komunikasi Pembelajaran. Bandung :    PT Remaja Rosda Karya

Eni Purwati,dkk. 2009.pendidikan guru madrasahibtidaiyah.  Surabaya: Aprinta
E.Mulyana . 2012. Menajemen Paud. Bandung : PT. Remaja          Rosda Karya

E. Mulyasa. 2005. Menjadi Guru Profesional. Bandung :      PT Remaja Rosda Karya

E.Mulyasa. 2010. Menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya

Iskandar. 2012. Psikologi Pendidikan. Jakarta :Referensi

Masnur Muslich. 2009. KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,Panduan guru,Kepala sekolah,dan pengawasan sekolah. Jakarta:PT Bumi Aksara
Radno Harsanto. 2007. Mengelola kelas yang dinamis paradigma baru pembelajaran menuju kompetensi siswa. Jogyakarta:kanisius anggota akapi
Rusman . 2011. Menjadi Guru Profesional.Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Suryono, dkk.2011.  Belajar dan Pembelajaran. Surabaya : PT. Remaja Rosdakarya
Strategi belajar mengejar, PGSD2201/Modul . hlm 9.4
Wina Sanjaya. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan.Jakarta :kencana

Wina sanjaya. 2005. Pembelajaran Dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.Bandung :Kencana
Zainal Asril. 2011. Micro Teaching. Jakarta : PT Raja Grapindo Persada




[1] Abu Ahmadi. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung : Pustaka Setia. 1997).  Hal 32- 33
[3] Didi supriadi. Komunikasi Pembelajaran. (Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2012). Hal 162
[4] Iskandar. Psikologi Pendidikan. (Jakarta : Referensi. 2012). Hal 211
[5] Rusman . Menjadi Guru Profesional. ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2011 ). Hal 90
[6] Eni Purwati dkk,Learning assistance program for Islamic schools pendidikan guru madrasah ibtidaiyah(Surabaya:Aprinta 2009)hlm.9-14
[7] Strategi belajar mengejar, PGSD2201/Modul . hlm 9.4
[8] Radno Harsanto.Mengelola kelas yang dinamis paradigm baru pembelajaran menuju kompetensi siswa(Jogyakarta:kanisius anggota akapi,2007)hlm.41-42
[9] Wina Sanjaya. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses pendidikan. (Jakarta :kencana. 2009). Hal
[10] Zainal Asril. Micro Teaching. (Jakarta : PT Raja Grapindo Persada. 2011 ) hal 72
[11]E. Mulyasa. Menjadi Guru Profesional. ( Bandung : PT Remaja Rosda Karya. 2005 ). Hal 91-92

[12]Suryono, dkk. Belajar dan Pembelajaran. (Surabaya : PT. Remaja Rosdakarya. 2011). Hal 236
[13] E. Mulyana . Menajemen Paud. (Bandung : PT. Remaja Rosda Karya. 2012) hal 125

[14]  Micro Teaching. Modul . Hal 9-14
[15] Ibid , Hal 9-14 sampai 9-17
[16] Mulyasa.Menjadi guru professional menciptakan pembelajaran kreatif dan menyenangkan(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2010)hlm.91
[17] Masnur Muslich,KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual,Panduan guru,Kepala sekolah,dan pengawasan sekolah(Jakarta:PT Bumi Aksara,2009)hlm.72
[18]Ahmad Rohani,Pengelolaan pengajaran edisi revisi(Jakarta:PT Remaja Rineka Cipta,2004)hlm 125
[19]  Ibid, hal 128-129
[20] Wina sanjaya. Pembelajaran Dalam implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi.(Bandung :Kencana, 2005). Hal 178